Minggu, 27 November 2011

Nuh: Mari Belajar dari China dan India

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh menegaskan, pendidikan tidak bisa dijadikan alat politik praktis. Menurutnya, politik praktis dalam dunia pendidikan akan ditekan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) lima menteri.

"SKB lima menteri itu untuk memperkecil jumlah praktiknya. Pendidikan tidak boleh dijadikan alat politik praktis," kata Nuh, akhir pekan lalu, di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta.

Ia mengungkapkan, untuk memajukan dunia pendidikan, Indonesia harus melihat dan belajar dari sejarah pendidikan. Misalnya, pada negara China dan India. Menurutnya, penyebab berhasilnya pendidikan di kedua negara tersebut salah satunya karena tidak memasukkan politik praktis ke dalam dunia pendidikan.


"Itulah mengapa pendidikan China dan India sering membuat kita terbelalak," ujarnya.

Seperti diberitakan,  pekan lalu ditandatangani SKB lima menteri oleh Mendikbud, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenpanRB), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Keuangan (Menkeu) dan Menteri Agama (Menag).

Tujuan dirumuskannya SKB lima menteri ini, kata Nuh, untuk meningkatkan mutu pendidikan di seluruh Indonesia. Jiwa dari SKB tersebut adalah untuk menarik kembali urusan guru dari kabupaten/kota ke provinsi dan pusat.

"Ini tahap awal, nantinya akan kami keluarkan Peraturan Pemerintah (PP). Dari level kementerian, peraturan ini akan kita naikkan ke level pemerintah," ujarnya.

Salah satu kesepakatan dalam SKB 5 menteri adalah mengenai pendistribusian guru. Mulai Januari 2012, lima kementerian sepakat untuk melakukan penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS). Hal itu dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan yang merata di seluruh Indonesia. 

http://edukasi.kompas.com/read/2011/11/28/09063019/Nuh.Mari.Belajar.dari.China.dan.India.

0 komentar:

Posting Komentar